Keluarga Bahagia

Ulangan 21:19 - Ketaatan dan Pendidikan Anak

"Maka haruslah bapanya dan ibunya memegang dia dan membawanya ke pintu gerbang kota, ke tempat orang-orang tua-tua.

Ayat ini, yang terdapat dalam kitab Ulangan pasal 21, ayat 19, memberikan sebuah gambaran unik mengenai cara menangani anak yang membangkang di masa Israel kuno. Sekilas, frasa "memegang dia dan membawanya ke pintu gerbang kota" terdengar tegas. Namun, penting untuk memahami konteks dan tujuan di balik ketetapan ini. Ini bukan tentang hukuman semata, melainkan sebuah proses yang terstruktur dan melibatkan komunitas.

Fokus utama dari ketetapan ini adalah pada pembentukan karakter anak. Anak yang terus-menerus membangkang dan tidak mau mendengarkan suara orang tua, menurut hukum Taurat, haruslah dibawa ke hadapan para tua-tua di gerbang kota. Tujuannya adalah agar semua orang melihat dan mendengar, serta memberikan teguran dan nasihat. Ini menekankan pentingnya akuntabilitas dan juga peran masyarakat dalam mendidik generasi penerus.

Di balik tindakan yang mungkin terlihat keras ini, tersirat sebuah kepedulian mendalam terhadap masa depan anak. Orang tua dipanggil untuk tidak tinggal diam melihat anaknya terjerumus dalam perilaku yang merusak. Proses membawa anak ke hadapan tua-tua kota adalah sebuah langkah terakhir sebelum konsekuensi yang lebih berat. Ini adalah kesempatan terakhir untuk intervensi, nasehat, dan pengarahan yang serius.

Prinsip ketaatan dan pendidikan yang terkandung dalam ayat ini tetap relevan hingga kini. Meskipun konteks hukum dan sosialnya berbeda, inti pesannya adalah tentang pentingnya otoritas orang tua yang disertai dengan kasih dan kebijaksanaan. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka dalam kebenaran, mengajarkan mereka tentang hormat, disiplin, dan konsekuensi dari tindakan mereka. Ketika seorang anak menunjukkan tanda-tanda pembangkangan yang kronis, ini bisa menjadi indikasi bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki, baik dalam pendekatan pengasuhan maupun dalam perilaku anak itu sendiri.

Pendidikan anak bukanlah tugas yang ringan. Ia membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan doa. Ayat Ulangan 21:19 mengingatkan kita bahwa ketika semua upaya nasehat dan bimbingan di rumah tidak membuahkan hasil, langkah-langkah yang lebih serius mungkin perlu diambil. Namun, ini harus selalu dilakukan dengan hati yang mengasihi dan keinginan tulus untuk melihat anak bertumbuh menjadi individu yang baik dan bertanggung jawab. Keterlibatan komunitas, dalam arti positif, juga dapat menjadi dukungan berharga bagi keluarga dalam menghadapi tantangan pengasuhan anak.

Pada akhirnya, ayat ini mengajarkan kita bahwa mendidik anak adalah sebuah perjalanan yang melibatkan orang tua, anak, dan seringkali, juga dukungan dari lingkungan sekitar. Ketaatan yang diajarkan di sini bukanlah ketaatan buta, melainkan ketaatan yang dibangun di atas dasar penghormatan dan pengertian. Ketegasan orang tua, yang diimbangi dengan cinta, adalah fondasi penting untuk membentuk karakter anak yang kuat dan berintegritas.

Mari kita renungkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat kita terapkan dalam kehidupan keluarga kita saat ini, dengan semangat kasih dan kebijaksanaan.