1 Tawarikh 17: Keinginan Daud dan Janji Allah

"Setelah raja diam dalam istananya dan TUHAN telah mengaruniakannya keamanan dari semua musuhnya di sekeliling, berkatalah raja Daud kepada nabi Natan: "Lihatlah, aku diam dalam istana dari kayu aras, sedang tabut perjanjian TUHAN tinggal di bawah pondok." (1 Tawarikh 17:1-2)

Ilustrasi ikonik Raja Daud dan Tabut Perjanjian Ketenangan dan Keinginan yang Mulia

Ilustrasi: Tabut Perjanjian di bawah pondok, menggambarkan keinginan Daud.

Kisah dalam 1 Tawarikh 17 membawa kita pada momen penting dalam kehidupan Raja Daud, seorang tokoh sentral dalam sejarah Israel. Setelah bertahun-tahun berperang dan menstabilkan kerajaannya, Daud akhirnya merasakan kedamaian yang relatif. Bangsa Israel telah terhindar dari ancaman musuh, dan Daud dapat beristirahat di istananya yang megah, yang dibangun dari kayu aras. Namun, ketenangan ini justru membangkitkan sesuatu yang lebih dalam di hatinya.

Daud tidak dapat menemukan kepuasan sepenuhnya dalam kemewahan pribadinya ketika ia memikirkan kondisi Tabut Perjanjian TUHAN. Tabut ini adalah simbol kehadiran Allah yang paling sakral di antara umat-Nya. Di masa lalu, Tabut sering berpindah-pindah, berada di bawah tenda atau pondok, menunjukkan bahwa Allah berdiam bersama umat-Nya dalam perjalanan mereka. Bagi Daud, ada ketidaksesuaian yang tajam antara istananya yang kokoh dan tempat tinggal Allah yang sementara.

Didorong oleh kerinduan yang tulus, Daud menyampaikan isi hatinya kepada nabi Natan. Ia mengungkapkan keinginannya yang mendalam untuk membangun sebuah rumah permanen bagi Allah, sebuah Bait Suci yang layak untuk menampung Tabut Perjanjian. Keinginan ini bukanlah sekadar ambisi pribadi untuk dihormati, melainkan ekspresi kesetiaan dan keinginan untuk memuliakan nama Allah. Daud ingin menempatkan Allah di pusat kehidupan dan identitas bangsa Israel, sama seperti Allah telah menempatkan Daud di pusat kekuasaan.

Nabi Natan pada awalnya menyetujui ide raja, mengakui ketulusan hati Daud. Namun, malam itu juga, Allah berbicara kepada Natan, mengoreksi dan memperluas rencana Daud. Allah mengingatkan Daud bahwa Dialah yang telah mengangkat Daud dari gembala menjadi raja, dan Dialah yang telah memberinya kemenangan. Allah juga mengungkapkan bahwa bukanlah Daud yang akan membangun rumah bagi-Nya, melainkan keturunannyalah yang akan mendirikan Bait Suci yang megah. Janji terbesar datang saat Allah menyatakan bahwa dari garis keturunan Daud akan muncul seorang anak yang akan mendirikan rumah bagi nama Allah, dan takhta kerajaannya akan kokoh untuk selama-lamanya.

Ayat-ayat ini tidak hanya mencatat percakapan antara raja dan nabi, tetapi juga mengungkapkan kehendak Allah yang lebih besar. Keinginan Daud, meskipun baik dan dilandasi ketulusan, diubah oleh Allah menjadi permulaan dari sebuah janji mesianik yang monumental. Allah berjanji untuk mendirikan keturunan Daud, membangun sebuah kerajaan yang kekal. Ini adalah gambaran awal dari kedatangan Kristus, keturunan Daud, yang kelak akan mendirikan Kerajaan-Nya yang tidak berkesudahan. Pesan ini menekankan bahwa Tuhan tidak hanya melihat tindakan lahiriah, tetapi juga hati yang tulus dan keinginan untuk mencari dan memuliakan-Nya.