"Ya TUHAN, tidak ada yang seperti Engkau, dan tidak ada Allah lain kecuali Engkau, menurut segala sesuatu yang kami dengar dengan telinga kami."
Ayat ini, yang terucap dari hati Daud dalam doa pujiannya kepada Allah, menegaskan keunikan dan kebesaran Tuhan yang luar biasa. Di tengah segala pengalaman dan pengetahuan yang telah dikumpulkan umat Israel, Daud mengakui bahwa tidak ada satu pun yang dapat disamakan dengan TUHAN. Pengakuan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah kesadaran mendalam akan kedaulatan, kuasa, dan kasih setia Allah yang melampaui segala ciptaan dan pemahaman manusia.
Bagi Daud, dan bagi kita hari ini, firman ini adalah pengingat yang kuat. Di dunia yang penuh dengan berbagai macam dewa, ilusi, dan kekuatan yang mengaku memiliki otoritas, Firman Tuhan menegaskan bahwa hanya ada satu Allah yang benar. Ia adalah sumber segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, dan Pemelihara kehidupan. "Tidak ada Allah lain kecuali Engkau" adalah deklarasi iman yang membebaskan kita dari segala bentuk penyembahan berhala, baik yang terang-terangan maupun yang terselubung dalam bentuk ambisi, kekayaan, atau kekuatan diri sendiri.
Daud berseru, "menurut segala sesuatu yang kami dengar dengan telinga kami." Ini menunjukkan bahwa pengakuannya akan kebesaran Allah bukan hanya berdasarkan pemikiran spekulatif, tetapi juga berdasarkan pengalaman historis dan kesaksian generasi sebelumnya. Mereka telah mendengar dan melihat bagaimana Allah bertindak dalam kehidupan umat-Nya, memimpin mereka keluar dari perbudakan, memberikan mereka hukum, menopang mereka di padang gurun, dan memberikan mereka tanah perjanjian.
Kesaksian tertulis dalam Kitab Suci adalah gudang kekayaan pengalaman iman yang terus relevan. Setiap halaman Alkitab dipenuhi dengan kisah-kisah perbuatan Allah yang luar biasa, janji-janji-Nya yang tak pernah gagal, dan karakter-Nya yang kudus dan penuh kasih. Mendengar dan merenungkan firman ini memperkuat fondasi kepercayaan kita. Ketika badai kehidupan datang, ketika keraguan melanda, kita dapat berpaling kepada kesaksian-kesaksian ini sebagai bukti bahwa Allah adalah setia dan mampu menolong.
Pengakuan Daud ini memiliki implikasi yang mendalam bagi cara kita menjalani hidup. Jika TUHAN adalah satu-satunya Allah yang tak tertandingi, maka seharusnya Dia menjadi prioritas utama dalam segala aspek kehidupan kita. Cinta, kesetiaan, dan ketaatan kita seharusnya hanya tertuju kepada-Nya. Ini berarti menempatkan firman-Nya di atas segalanya, mencari kehendak-Nya dalam setiap keputusan, dan memohon pertolongan-Nya di setiap tantangan.
Lebih lanjut, pemahaman tentang keunikan Allah seharusnya menuntun kita pada kerendahan hati. Kita mengakui bahwa keterbatasan kita tidak dapat dibandingkan dengan kemahatahuan dan kemahakuasaan-Nya. Kita membutuhkan bimbingan-Nya, pengampunan-Nya, dan kekuatan-Nya untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan merenungkan kebesaran-Nya, kita dipanggil untuk hidup dengan rasa syukur yang mendalam, menyadari betapa beruntungnya kita dapat mengenal Allah yang sedemikian luar biasa.
Sebagai penutup, 1 Tawarikh 17:20 adalah seruan untuk kembali fokus pada Allah yang sesungguhnya. Di tengah hiruk pikuk dunia modern, mari kita teguhkan hati kita dalam pengakuan bahwa tidak ada yang seperti Dia. Biarlah pengakuan ini menjadi sumber kekuatan, penghiburan, dan arahan dalam setiap langkah perjalanan hidup kita, meyakini bahwa Ia yang telah berbuat begitu besar di masa lalu, akan terus bekerja dalam kehidupan kita dengan kasih setia-Nya yang tak terbatas.