Yohanes 11:37

"Tetapi beberapa orang di antara mereka berkata: "Bukankah Ia yang dapat membuat orang buta ini melek kembali, sehingga Ia tidak perlu bertindak?""

Kekuatan Iman yang Mengagumkan

Ayat Yohanes 11:37 mencatat sebuah momen krusial dalam narasi kebangkitan Lazarus. Di tengah keajaiban yang sedang berlangsung, ketika Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian, respon sebagian orang bukanlah kekaguman murni, melainkan keraguan dan pertanyaan yang menunjukkan minimnya pemahaman mereka tentang kuasa ilahi.

Mereka berkata, "Bukankah Ia yang dapat membuat orang buta ini melek kembali, sehingga Ia tidak perlu bertindak?" Pernyataan ini mengungkapkan dua hal penting. Pertama, mereka mengakui mukjizat-mukjizat sebelumnya yang telah Yesus lakukan, seperti menyembuhkan orang buta. Ini berarti mereka telah menyaksikan atau setidaknya mendengar tentang karya-karya ajaib Yesus.

Kedua, dan yang lebih menonjol, adalah keraguan mereka. Pertanyaan itu bukan pertanyaan pencarian kebenaran, melainkan sebuah upaya meragukan signifikansi tindakan Yesus yang lebih besar. Mereka mencoba membandingkan mukjizat penyembuhan orang buta dengan kebangkitan orang mati. Bagi mereka, menyembuhkan orang buta mungkin terlihat sebagai sebuah intervensi yang "standar" bagi seorang nabi atau orang kudus, sehingga mereka mempertanyakan mengapa Yesus perlu melakukan "hal yang lebih besar" jika "hal yang lebih kecil" saja sudah bisa dilakukan.

Ini adalah refleksi tentang bagaimana manusia seringkali membatasi pemahaman mereka tentang Tuhan dan kuasa-Nya berdasarkan pengalaman atau logika mereka sendiri. Mereka melihat kebangkitan Lazarus sebagai sesuatu yang tidak perlu jika Yesus sudah mampu melakukan mukjizat penyembuhan. Mereka gagal melihat kedalaman kasih dan kuasa Yesus yang melampaui sekadar "membuat orang buta melek kembali." Kebangkitan Lazarus adalah pernyataan yang jauh lebih kuat tentang otoritas Yesus atas kematian, dan pengingat bahwa bagi-Nya, tidak ada yang mustahil.

Dalam konteks Yohanes 11, Yesus datang ke Betania setelah Lazarus telah meninggal selama empat hari. Maria dan Marta, saudara perempuan Lazarus, memiliki iman, namun mereka juga bergumul. Yesus sendiri menangis, menunjukkan empati-Nya terhadap kesedihan manusia. Namun, Dia juga menegaskan, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yohanes 11:25).

Perkataan sebagian orang di ayat 37 ini menjadi kontras yang tajam dengan iman Marta yang berkata, "Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dunia." (Yohanes 11:27). Sementara ada yang meragukan, ada pula yang memegang teguh iman pada Yesus.

Ayat Yohanes 11:37 mengajarkan kita pentingnya tidak membatasi pemahaman kita tentang kuasa Allah. Seringkali, ketika kita menghadapi situasi sulit, kita mungkin melihat pada solusi yang "terlihat" atau "masuk akal" bagi kita, dan lupa bahwa Allah mampu melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita bayangkan. Mukjizat kebangkitan Lazarus adalah bukti nyata bahwa Yesus memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian, sebuah kuasa yang jauh melampaui kemampuan untuk "membuat orang buta melek kembali," meskipun itu pun adalah sebuah mukjizat yang luar biasa. Penting bagi kita untuk selalu membuka hati dan pikiran kita untuk karya Allah yang ajaib, bahkan ketika ia datang dalam bentuk yang tidak terduga atau melampaui logika kita.