"Dan raja Asiria mengirimkan juru bicara baginda dari Lakhis ke Yerusalem, kepada raja Hizkia dan kepada semua orang Yehuda yang ada di Yerusalem, untuk mengatakan kepada mereka:
Ayat Yesaya 36:2 mencatat momen krusial dalam sejarah kuno, di mana sebuah bangsa kuat, yaitu Asiria, mengirimkan utusan kepada kerajaan Yehuda. Pesan ini disampaikan dengan cara yang mengintimidasi, yaitu melalui juru bicara dari Lakhis, sebuah kota yang sebelumnya telah dikuasai oleh Asiria. Tindakan ini bukan sekadar komunikasi diplomatik biasa, melainkan sebuah unjuk kekuatan dan ancaman terselubung.
Latar belakang dari kejadian ini adalah ekspansi besar-besaran kerajaan Asiria di bawah kepemimpinan Sanherib. Asiria telah menaklukkan banyak bangsa di Timur Tengah, dan Yerusalem serta Yehuda berada dalam ancaman serius. Raja Hizkia dari Yehuda telah berusaha untuk mempertahankan kerajaannya, bahkan dengan membayar upeti kepada Asiria, namun itu tidak menghentikan ambisi Sanherib untuk menaklukkan seluruh wilayah tersebut, termasuk Yerusalem sebagai pusat kekuasaan.
Pengiriman juru bicara dari Lakhis, yang baru saja ditaklukkan, memiliki makna simbolis yang kuat. Ini menunjukkan kepada penduduk Yerusalem bahwa Asiria adalah kekuatan yang tak terbendung, yang telah menghancurkan kota-kota lain. Pesan yang akan disampaikan kemungkinan besar berisi tuntutan penyerahan diri dan peringatan keras jika tidak dipatuhi. Metode ini dirancang untuk menimbulkan rasa takut dan keputusasaan di kalangan orang Yehuda, melemahkan semangat perlawanan mereka sebelum serangan fisik dilakukan.
Kisah ini berlanjut di pasal-pasal berikutnya dalam Kitab Yesaya, di mana juru bicara Asiria, yang dikenal sebagai Rabshakeh, berdiri di luar tembok Yerusalem dan berteriak dalam bahasa Yehuda, menyampaikan pesan yang menghina dan menghujat Tuhan Israel. Ia meremehkan kekuatan Hizkia dan mencoba meyakinkan rakyat untuk menyerah kepada Sanherib. Namun, Yesaya, nabi Tuhan, memberikan pesan penghiburan dan janji pertolongan ilahi kepada Hizkia dan umat-Nya.
Yesaya 36:2, meskipun hanya satu ayat, membuka pintu menuju narasi yang kaya akan drama, iman, dan intervensi ilahi. Ia mengingatkan kita bahwa dalam situasi yang paling mengancam sekalipun, Tuhan memiliki rencana dan seringkali bertindak melalui para nabi-Nya untuk memberikan harapan dan kekuatan kepada umat-Nya. Pesan dari Asiria ini menandai awal dari ujian iman yang berat bagi Yerusalem, sebuah ujian yang pada akhirnya akan menunjukkan kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya.