Ayat yang kuat dari Kitab Yesaya ini, yaitu Yesaya 22:18, berbicara tentang penghukuman dan pembuangan yang akan menimpa seorang tokoh penting di Yerusalem yang bernama Sebna. Melalui gambaran yang sangat visual, nabi Yesaya menyampaikan pesan ilahi tentang bagaimana keangkuhan dan kesombongan Sebna akan membawanya pada kehancuran yang tak terhindarkan. "Seperti seorang pengguling membalingkan engkau, seperti seorang yang melempar bola, ia akan melemparkanmu dengan keras ke negeri yang luas." Frasa ini menggambarkan sebuah tindakan yang kasar dan tanpa belas kasihan, sebuah lemparan yang jauh dan pasti menuju tempat pembuangan.
Gambaran simbolis kehancuran yang ditimpakan.
Kesombongan Sebna terlihat dari bagaimana ia "mengukir makam baginya sendiri di tempat yang tinggi" di Yerusalem (Yesaya 22:16). Tindakan ini menunjukkan ambisi pribadi dan keinginan untuk dikenang sebagai orang besar, sebuah kebanggaan yang menonjolkan dirinya sendiri di hadapan Allah dan umat-Nya. Namun, Allah melalui nabi-Nya mengingatkan bahwa keangkuhan seperti itu hanya akan membawa kehancuran. Ia tidak akan diizinkan untuk menikmati kemegahan yang telah ia bangun sendiri. Sebaliknya, ia akan "dilemparkan dengan keras ke negeri yang luas," sebuah metafora untuk pembuangan yang jauh dari tanah perjanjian, tempat ia akan mati tanpa kehormatan yang ia dambakan.
Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan, "dan ke sana akan masuk kereta-kereta kebanggaanmu, hai engkau, aib dari rumah tuanmu!" Kereta perang sering kali menjadi simbol kekuasaan dan kemegahan. Di sini, kereta-kereta Sebna yang seharusnya menjadi lambang kebesarannya, justru akan ikut terlempar bersamanya ke tempat pembuangan, menjadi saksi bisu dari kegagalannya. Ia juga disebut sebagai "aib dari rumah tuanmu," yang mungkin merujuk pada keluarga atau bahkan Allah sendiri, yang dipermalukan oleh tindakan dan nasib Sebna.
Pesan dalam Yesaya 22:18 melampaui sekadar kisah pribadi Sebna. Ayat ini mengajarkan pelajaran universal tentang bahaya kesombongan, ambisi yang tidak sehat, dan ketergantungan pada hal-hal duniawi. Nubuatan ini mengingatkan kita bahwa sumber kekuatan dan keamanan yang sejati tidak terletak pada kekayaan, kekuasaan, atau status, melainkan pada ketaatan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
Dalam konteks yang lebih luas, rencana Allah sering kali melibatkan pemurnian dan penataan ulang. Kadang-kadang, apa yang tampak seperti bencana bagi individu atau bangsa, sebenarnya adalah bagian dari rencana ilahi yang lebih besar untuk membawa pertobatan, pemulihan, atau untuk menegakkan keadilan-Nya. Penggambaran "lemparan bola" ini mungkin juga menyiratkan bahwa meskipun tampak seperti kekacauan, ada kendali ilahi di baliknya. Allah berdaulat atas segala sesuatu, bahkan atas konsekuensi dari dosa manusia.
Melalui firman ini, kita diajak untuk merenungkan sikap hati kita. Apakah kita cenderung membangun kemegahan kita sendiri, mengabaikan Allah dalam pencarian kita akan pengakuan dan kekuasaan? Atau apakah kita bersedia untuk hidup dengan rendah hati, mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Dia, dan bahwa kehormatan sejati hanya ditemukan dalam melayani-Nya? Yesaya 22:18 adalah pengingat yang jelas: keangkuhan membawa kejatuhan, tetapi kerendahan hati di hadapan Allah akan menuntun pada kehidupan yang bermakna dan sesuai dengan kehendak-Nya.