"Ketika mereka bergairah, aku akan menyajikan perjamuan minum dan memabukkan mereka, supaya mereka bersorak-sorai dan tertawa, lalu tertidur untuk tidur yang abadi, firman TUHAN."
Ayat Yeremia 51:39 menggambarkan sebuah gambaran kenabian yang kuat tentang kejatuhan Babilon. TUHAN, melalui nabi Yeremia, menyatakan bagaimana kota yang perkasa dan sombong ini pada akhirnya akan dikalahkan. Ayat ini tidak sekadar berbicara tentang kehancuran fisik semata, tetapi juga tentang kejatuhan dari puncak kekuasaan dan kemuliaan.
Perumpamaan penyajian perjamuan minum dan memabukkan menggambarkan cara ilahi dalam melumpuhkan musuh-Nya. Babilon, dengan segala kejayaannya, seringkali digambarkan sebagai peminum anggur yang mabuk dari cawan murka Allah (Yeremia 51:7). Namun, di sini, Tuhan sendiri yang "menyajikan" perjamuan tersebut. Ini menunjukkan bahwa nasib Babilon telah ditentukan dan akan dilaksanakan sesuai kehendak-Nya. Mereka yang sebelumnya merasa aman dan tak terkalahkan, akan dibuat tak berdaya, kehilangan kesadaran, dan jatuh ke dalam kehancuran.
Kata "bersorak-sorai dan tertawa" sebelum "tertidur untuk tidur yang abadi" memberikan kontras yang tajam. Kegembiraan sesaat yang dirasakan oleh para penguasa Babilon, mungkin karena keberhasilan mereka yang lalu atau kekayaan yang melimpah, akan segera berakhir. Kegembiraan itu hanyalah ilusi sesaat sebelum kejatuhan yang sebenarnya. "Tidur yang abadi" adalah metafora untuk kematian dan kehancuran total, di mana mereka tidak akan pernah bangkit lagi sebagai kekuatan yang berpengaruh.
Implikasi dari Yeremia 51:39 sangat mendalam. Ayat ini mengajarkan bahwa tidak ada kerajaan atau kekuasaan manusia yang abadi di hadapan Tuhan. Kesombongan, penindasan, dan penyembahan berhala yang menjadi ciri khas Babilon pada akhirnya akan membawa pada kehancuran. Tuhan adalah pemegang kendali sejarah, dan Dia akan membawa keadilan-Nya atas segala bangsa yang berbuat jahat. Bagi umat Tuhan, ayat ini menjadi janji pengharapan bahwa kezaliman akan berakhir dan keadilan ilahi akan ditegakkan.
Penting untuk merenungkan pesan ini dalam konteks yang lebih luas. Peristiwa kejatuhan Babilon dalam sejarah menjadi pengingat akan ketidakstabilan kekuasaan duniawi dan kebenaran firman Tuhan. Pesan ini juga relevan bagi kita saat ini, mengingatkan untuk tidak bersandar pada kekuatan duniawi semata, melainkan pada Tuhan yang kekal, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya agar tidak mengalami "tidur yang abadi" dalam arti spiritual.