"Di Khorionpun telah dipadamkan tanduk Moab, dan lengannya telah dipatahkan," demikianlah firman TUHAN.
Kitab Yeremia penuh dengan nubuat-nubuat penghukuman terhadap bangsa-bangsa yang mengelilingi Israel, dan Moab adalah salah satunya. Ayat Yeremia 48:25 secara tegas menyatakan kejatuhan kota Khorion dan kepatahan tanduk serta lengan Moab. Frasa "tanduk" di sini sering kali melambangkan kekuatan, kekuasaan, dan kebanggaan. Dengan "dipadamkan tanduk" dan "lengannya telah dipatahkan," nabi Yeremia menggambarkan kehancuran total dan hilangnya kemampuan Moab untuk mempertahankan diri atau menunjukkan kekuatan militernya.
Penghukuman terhadap Moab bukanlah tanpa sebab. Sepanjang sejarah, Moab sering kali bersikap sombong, arogan, dan menentang kehendak Tuhan serta umat-Nya. Mereka kerap kali menjadi musuh bagi Israel, dan terkadang memamerkan kekuatan mereka dengan cara yang tidak menyenangkan Tuhan. Nubuat ini adalah peringatan keras bahwa kesombongan dan penentangan terhadap Tuhan pada akhirnya akan mendatangkan kehancuran. Tuhan tidak akan membiarkan keangkuhan bangsa mana pun berdiri tegak selamanya, terutama ketika keangkuhan itu disertai dengan penindasan atau permusuhan terhadap umat pilihan-Nya.
Kejatuhan Khorion, salah satu kota penting di Moab, menjadi simbol dari kehancuran yang lebih luas. Kehancuran ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga pukulan telak bagi identitas dan harga diri bangsa Moab. Mereka yang sebelumnya mungkin membanggakan diri sebagai bangsa yang kuat dan berjaya, kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kekuatan mereka hanya bersifat sementara dan rentan terhadap murka Tuhan. Ayat ini juga dapat diartikan sebagai peringatan bagi setiap individu dan bangsa agar tidak bersandar pada kekuatan duniawi semata, melainkan pada Tuhan yang kekal.
Dalam konteks yang lebih luas, nubuat ini mengingatkan kita akan kedaulatan Tuhan atas semua bangsa. Tidak ada kerajaan atau kekuatan yang mampu bertahan selamanya di hadapan rencana ilahi. "Demikianlah firman TUHAN" adalah penegasan otoritas surgawi di balik setiap firman yang diucapkan Yeremia. Penghukuman terhadap Moab mencerminkan keadilan Tuhan terhadap kejahatan dan kesombongan, namun juga membuka jalan bagi pemulihan di masa depan bagi umat-Nya. Bagi bangsa Moab, ayat ini menandai akhir dari era kejayaan dan awal dari masa kesulitan yang panjang, sebuah konsekuensi logis dari penolakan mereka terhadap peringatan dan hukum Tuhan.
Pesan dari Yeremia 48:25 melampaui batas sejarah kuno. Ia berbicara tentang kebenaran universal bahwa kesombongan akan merendahkan diri, dan kekuatan yang dibangun di atas keangkuhan akan runtuh. Ia juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjaga hati dari kesombongan, bersikap rendah hati di hadapan Tuhan, dan mencari kekuatan bukan dari diri sendiri, melainkan dari Sumber segala kekuatan. Kehancuran Moab menjadi bukti nyata bahwa Tuhan melihat dan akan bertindak terhadap keangkuhan dan kejahatan yang merajalela.