"Namun aku terus mengutus nabi-nabi-Ku, hamba-hamba-Ku, kepada mereka dengan pesan: ‘Janganlah kamu melakukan perbuatan keji seperti yang banyak kulakukan ini, karena Aku membencinya!’"
Ayat Yeremia 44:4 merupakan bagian dari serangkaian peringatan keras yang disampaikan Tuhan melalui nabi Yeremia kepada umat-Nya. Dalam konteks ini, umat Tuhan telah melarikan diri ke Mesir setelah kehancuran Yerusalem, membawa serta sisa-sisa bangsa Yehuda. Namun, alih-alih bertobat dan kembali kepada Tuhan, mereka justru semakin terjerumus ke dalam praktik penyembahan berhala dan dosa-dosa lainnya. Tuhan, dalam kasih dan keadilan-Nya, tidak membiarkan mereka terus berjalan di jalan kehancuran. Ia mengutus nabi-Nya, termasuk Yeremia, untuk menyampaikan firman-Nya dengan tegas.
Pesan yang disampaikan Tuhan sangat jelas: "Janganlah kamu melakukan perbuatan keji seperti yang banyak kulakukan ini, karena Aku membencinya!" Kata "kulakukan" dalam ayat ini bisa merujuk pada perbuatan keji yang telah lama dilakukan oleh bangsa itu, atau bisa juga merujuk pada tindakan-tindakan yang telah ditoleransi Tuhan sebelumnya sambil menunggu pertobatan mereka. Namun, kini tibalah saatnya di mana Tuhan tidak lagi menoleransi dosa-dosa tersebut. Perkataan ini bukan sekadar teguran, melainkan sebuah penolakan keras terhadap segala bentuk penyembahan kepada dewa-dewa asing dan praktik-praktik yang tidak berkenan kepada-Nya.
Dalam Kitab Yeremia pasal 44, kita melihat bagaimana bangsa Israel secara kolektif menolak peringatan Tuhan. Mereka dengan lantang menyatakan bahwa kehidupan mereka lebih baik ketika mereka menyembah Ratu Surga (dewi bangsa Kanaan) dan melakukan ritual-ritual yang diperintahkan para imam mereka. Penolakan ini adalah puncak dari ketidaktaatan yang telah berlangsung lama. Mereka memilih untuk tetap berada dalam dosa, bahkan merasa bahwa persembahan kepada dewa-dewi tersebut adalah sumber kesejahteraan mereka. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya kesesatan yang telah menjangkiti hati mereka, membuat mereka buta terhadap kebenaran dan tidak lagi mengenali suara Tuhan.
Ayat ini memberikan pelajaran penting bagi kita saat ini. Sebagaimana Tuhan membenci perbuatan keji yang dilakukan umat-Nya di masa lalu, demikian pula Ia membenci dosa-dosa di masa kini. Tuhan adalah pribadi yang kudus, dan Ia tidak bisa berkompromi dengan dosa. Yeremia 44:4 mengingatkan kita untuk senantiasa memeriksa hati dan tindakan kita, apakah kita hidup dalam ketaatan kepada firman-Nya ataukah kita cenderung mengikuti keinginan duniawi dan ajaran-ajaran yang menyesatkan. Tuhan terus mengutus "nabi-nabi"-Nya, baik melalui Firman-Nya yang tertulis, para pelayan-Nya, maupun melalui pengalaman hidup, untuk mengingatkan kita agar tidak melakukan hal-hal yang dibenci-Nya.
Menolak peringatan Tuhan bukanlah pilihan yang bijaksana. Sejarah umat Israel dalam Kitab Yeremia menjadi saksi bisu akan konsekuensi dari ketidaktaatan dan penolakan terhadap firman Tuhan. Meskipun Tuhan sangat sabar dan penuh kasih, ada batas bagi kesabaran-Nya ketika umat-Nya terus menerus memberontak. Ayat ini mengundang kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Tuhan. Apakah kita taat kepada-Nya, ataukah kita mengabaikan suara-Nya dan memilih jalan kita sendiri? Pilihan ada di tangan kita, dan konsekuensinya akan mengikuti pilihan tersebut. Mari kita jadikan Yeremia 44:4 sebagai pengingat untuk selalu berjalan di jalan kebenaran dan ketaatan kepada Tuhan.