Yeremia 2:35

Namun engkau berkata: "Tidak bersalah, karena aku tidak berdosa kepada-Nya." Lihat, Aku akan mengadili engkau, karena engkau berkata: "Aku tidak berdosa."

ADIL

Kebenaran yang Tersembunyi

Firman Tuhan dalam Yeremia 2:35 merupakan peringatan keras kepada umat pilihan-Nya. Ayat ini menyoroti bahaya dari kesombongan rohani dan penolakan untuk mengakui kesalahan. Umat yang dimaksud dalam konteks ini adalah bangsa Israel, yang sering kali menyimpang dari jalan Tuhan, namun merasa diri mereka tetap suci dan tidak bersalah. Pernyataan "Tidak bersalah, karena aku tidak berdosa kepada-Nya" adalah sebuah penolakan terhadap teguran dan kebenaran ilahi. Ini adalah sikap defensif yang ingin menghapuskan tanggung jawab moral di hadapan Sang Pencipta.

Janji penghakiman Tuhan dalam sisa ayat tersebut menegaskan bahwa pernyataan semacam itu tidak akan luput dari perhatian-Nya. Tuhan adalah hakim yang adil, yang melihat hati dan motivasi terdalam manusia. Mengatakan "Aku tidak berdosa" bukanlah bukti kesucian, melainkan justru menjadi alasan bagi Tuhan untuk melakukan pengadilan. Ini menunjukkan ketidakmauan untuk merefleksikan tindakan, mengakui pelanggaran, dan bertobat. Dalam pandangan Tuhan, pengakuan dosa dan kerendahan hati adalah awal dari pemulihan, bukan bukti kelemahan.

Implikasi Spiritual Modern

Pesan Yeremia 2:35 tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan pribadi, spiritual, dan bahkan dalam interaksi sosial, sering kali kita terjebak dalam pola berpikir yang sama. Kita cenderung membela diri, mencari alasan, dan menyalahkan pihak lain ketika menghadapi kritik atau konsekuensi dari perbuatan kita. Sikap "tidak merasa bersalah" ini dapat menghalangi pertumbuhan pribadi dan hubungan yang sehat. Ketika kita menolak untuk melihat kesalahan kita sendiri, kita menutup pintu bagi kemajuan dan perubahan yang positif.

Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya introspeksi yang jujur. Mengakui kesalahan bukanlah kekalahan, melainkan keberanian untuk menghadapi diri sendiri dan menerima tanggung jawab. Di hadapan Tuhan, kerendahan hati dan pengakuan dosa adalah fondasi untuk menerima anugerah dan pengampunan-Nya. Tuhan menginginkan hati yang terbuka dan mau belajar, bukan hati yang keras dan penuh kesombongan. Kesombongan rohani adalah ilusi yang berbahaya, karena ia membuat kita merasa aman padahal sebenarnya kita sedang menjauh dari sumber kebenaran dan kehidupan. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memeriksa diri, mencari kebenaran Tuhan, dan bersedia mengakui setiap kekhilafan kita.

Pengadilan yang Tuhan sebutkan bukanlah semata-mata hukuman, melainkan proses untuk mengembalikan umat-Nya kepada jalan yang benar. Melalui pengadilan, Tuhan sering kali mendisiplinkan untuk memperbaharui. Pernyataan diri yang tanpa dosa menjadi ujian kesetiaan dan kebenaran, yang pada akhirnya akan dihadapkan pada realitas keadilan ilahi. Kebenaran Tuhan adalah universal, dan tidak ada satupun yang dapat menyembunyikan diri dari penglihatan-Nya.