"Tetapi Engkau, TUHAN, mengenal aku; Engkau melihat aku dan menguji hatiku terhadap-Mu. Tariklah mereka seperti domba yang hendak disembelih, dan persiapkan mereka untuk hari pembantaian."
Kitab Yeremia sering kali menggambarkan pergumulan seorang nabi di tengah masyarakat yang dilanda kebobrokan moral dan spiritual. Ayat Yeremia 12:3 menyoroti salah satu aspek paling menyakitkan dari pelayanannya: pengakuan Yeremia atas keadilan Tuhan di tengah kenyataan pahit tentang kejahatan yang merajalela. Dalam ayat ini, sang nabi berbicara langsung kepada Tuhan, mengakui otoritas dan pengetahuan-Nya yang mutlak.
"Tetapi Engkau, TUHAN, mengenal aku; Engkau melihat aku dan menguji hatiku terhadap-Mu." Pernyataan ini menunjukkan kedalaman hubungan pribadi Yeremia dengan Tuhan. Ia tahu bahwa Tuhan tidak hanya mengetahui perbuatannya, tetapi juga isi hatinya, motivasinya, dan integritasnya dalam menghadapi cobaan. Di tengah tuduhan dan kesalahpahaman dari bangsanya, Yeremia menemukan penghiburan dan kekuatan dalam pengetahuan bahwa Tuhan bersamanya, mengawasinya, dan memvalidasi kesucian niatnya. Pengujian hati yang dilakukan Tuhan bukanlah hukuman, melainkan penegasan kebenaran, sebuah proses yang memurnikan dan menguatkan iman.
Kemudian, kita melihat sebuah permintaan yang sangat dramatis: "Tariklah mereka seperti domba yang hendak disembelih, dan persiapkan mereka untuk hari pembantaian." Permintaan ini datang setelah Yeremia mengamati dengan jelas betapa buruknya orang-orang fasik. Mereka "berkembang biak" dan "menabur benih kefasikan," seolah-olah tidak ada konsekuensi ilahi. Dalam konteks ini, meminta Tuhan untuk "menarik" mereka seperti domba untuk disembelih bukanlah ekspresi kebencian pribadi, melainkan sebuah seruan kepada keadilan ilahi. Yeremia melihat bahwa kejahatan yang terus menerus dilakukan oleh bangsanya akan membawa kehancuran, dan ia meminta Tuhan untuk segera menegakkan keadilan-Nya. Kata "pembantaian" mengisyaratkan sebuah penghakiman yang berat, yang pada akhirnya akan memisahkan yang benar dari yang salah. Ini adalah pengakuan Yeremia bahwa meskipun ia menderita dan menyaksikan ketidakadilan, ia tetap percaya pada kedaulatan dan keadilan Tuhan yang tak terhindarkan.
Memahami Yeremia 12:3 memberikan pelajaran berharga bagi kita di era modern ini. Kita sering kali menyaksikan ketidakadilan, korupsi, dan kejahatan yang tampak tanpa hukuman. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan melihat segalanya. Dia mengetahui hati kita dan kesetiaan kita kepada-Nya, bahkan ketika dunia di sekitar kita tampaknya tenggelam dalam kebejatan.
Di samping itu, kita juga diajak untuk merenungkan bagaimana kita merespons ketidakadilan. Apakah kita menjadi putus asa, atau kita belajar dari Yeremia untuk tetap berpegang pada iman, percaya pada keadilan Tuhan, dan berdoa agar kebenaran-Nya ditegakkan? Yeremia 12:3 adalah pengingat bahwa di tengah kegelapan, Tuhan tetap memegang kendali, melihat, dan pada waktu-Nya, akan membawa keadilan. Kepercayaan pada Yeremia 12:3 menegaskan bahwa meskipun dunia mungkin korup, kebenaran Tuhan akan selalu menang.