Yehezkiel 16:5

"Engkau tidak dibalut dan tidak dibasuh, tidak diterapi dengan garam dan tidak diselimuti dengan kain.”

Kasih Dimulai

Simbol kasih ilahi yang menyelimuti sejak awal kehidupan.

Ayat Yehezkiel 16:5 menggambarkan kondisi awal kota Yerusalem yang diumpamakan sebagai seorang bayi yang baru lahir. Deskripsi "tidak dibalut dan tidak dibasuh, tidak diterapi dengan garam dan tidak diselimuti dengan kain" secara lugas menyampaikan gambaran betapa terabaikannya bayi tersebut pada mulanya. Ia ditinggalkan begitu saja, tanpa perawatan dasar yang seharusnya diterima setiap makhluk baru yang lahir ke dunia. Ini adalah sebuah gambaran yang menyakitkan, sebuah kiasan tentang kondisi keterpurukan dan ketidakberdayaan yang mendalam.

Namun, Yehezkiel tidak berhenti pada gambaran keterabaian. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal 16 ini akan menceritakan bagaimana Tuhanlah yang menemukan bayi tersebut, merawatnya, dan membesarkannya hingga menjadi besar dan cantik. Pesan yang disampaikan melalui gambaran ini sangatlah kuat. Ia menunjukkan kesetiaan Tuhan yang tak tergoyahkan, bahkan kepada mereka yang berada dalam kondisi terendah dan terburuk sekalipun. Tuhan tidak memandang asal-usul atau kondisi awal seseorang, melainkan Ia melihat potensi dan kemuliaan yang dapat ditumbuhkan melalui kasih dan pemeliharaan-Nya.

Kiasan ini mengajak kita untuk merenungkan tentang bagaimana Tuhan melihat kita. Seringkali, kita mungkin merasa tidak berarti, belum sempurna, atau bahkan cacat di mata dunia. Kita mungkin merasa tidak layak, seperti bayi yang terabaikan itu. Namun, Firman Tuhan menegaskan bahwa di mata-Nya, kita berharga. Sejak awal, bahkan sebelum kita ada, Tuhan telah merancang kasih-Nya untuk kita. Ia menjangkau kita dalam kerapuhan kita, membersihkan kita, dan membungkus kita dengan kasih karunia-Nya.

Perjalanan Yerusalem yang digambarkan dalam Yehezkiel pasal 16 adalah cerminan dari perjalanan umat Tuhan sepanjang sejarah. Ada saat-saat ketika umat memilih untuk berpaling dari Tuhan, melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya, dan kembali terjerumus dalam keterpurukan. Namun, setiap kali mereka jatuh, kasih Tuhan senantiasa menanti untuk memulihkan. Ia tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya dalam kebinasaan permanen. Ia terus menerus mengulurkan tangan-Nya, menawarkan kesempatan baru untuk memperbaiki hubungan dan hidup dalam kebenaran.

Sebagai penutup, Yehezkiel 16:5 bukan hanya sekadar narasi tentang kondisi awal yang buruk, tetapi sebuah fondasi untuk memahami kedalaman kasih dan anugerah Tuhan. Ia mengingatkan kita bahwa kita dikasihi bukan karena kelayakan kita, melainkan karena kasih murni dari Pencipta kita. Sama seperti bayi yang akhirnya tumbuh dewasa dengan perawatan yang memadai, kita pun dipanggil untuk bertumbuh dalam iman, kekudusan, dan pengenalan akan Tuhan, dengan menyadari sepenuhnya bahwa semua itu dimungkinkan oleh anugerah-Nya yang luar biasa.