Mazmur 89:38: Kehancuran dan Janji

"Tetapi Engkau telah menolak mezbah Daud, Engkau telah membuang dan menolaknya. Engkau telah membinasakan perjanjian dengan hamba-Mu dan mencemarkan permata mahkotanya sampai ke tanah."

Simbol mahkota yang retak, melambangkan kehancuran dan hilangnya kejayaan.

Mazmur 89:38 membacakan sebuah ungkapan yang pilu, sebuah pengakuan akan kehancuran dan kegagalan yang menyakitkan. Ayat ini merujuk pada runtuhnya perjanjian yang telah Allah buat dengan umat-Nya, khususnya melalui garis keturunan Daud. Kata-kata ini mencerminkan periode kegelapan dalam sejarah Israel, ketika kerajaan mereka terpecah belah, tanah mereka diinjak-injak, dan janji-janji ilahi seolah-olah ditinggalkan.

Rujukan pada "mezbah Daud" dan "perjanjian dengan hamba-Mu" sangatlah signifikan. Mezbah melambangkan hubungan dan pengorbanan kepada Tuhan, sementara perjanjian adalah ikatan suci yang mengikat Allah dan umat pilihan-Nya. Kehancuran mezbah dan pembuangan perjanjian menunjukkan hilangnya kemuliaan, kehormatan, dan perlindungan ilahi. Mahkota, yang merupakan simbol kekuasaan dan kerajaan, digambarkan "tercemar sampai ke tanah", mengindikasikan kejatuhan total dari status yang sebelumnya mulia.

Dalam konteks sejarah bangsa Israel, ayat ini sering kali dikaitkan dengan masa-masa penaklukan, pembuangan, dan kesulitan besar. Perjanjian dengan Daud, yang berjanji bahwa keturunannya akan memerintah selamanya, tampaknya telah dilanggar. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang kesetiaan Allah, kebenaran janji-Nya, dan nasib umat pilihan-Nya. Perasaan ditinggalkan dan dihukum pasti sangat kuat dirasakan oleh mereka yang mengalami masa-masa sulit ini.

Namun, penting untuk diingat bahwa Mazmur 89 bukanlah akhir dari kisah. Meskipun ayat ini menggambarkan puncak keputusasaan, keseluruhan Mazmur 89 juga memuat seruan untuk mengingat janji-janji Allah. Ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya sering kali mengingatkan pada kasih setia Allah yang abadi, bahkan di tengah-tengah disiplin dan hukuman. Kejatuhan yang digambarkan dalam Mazmur 89:38, meskipun tragis, tidaklah membatalkan rencana kekal Allah. Justru, kehancuran ini seringkali dilihat sebagai persiapan untuk pemulihan yang lebih besar, sebuah janji yang pada akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias.

Oleh karena itu, Mazmur 89:38 berfungsi sebagai pengingat yang kuat bahwa bahkan ketika umat manusia gagal dan perjanjian tampak hancur, Allah tetap setia pada sifat-Nya. Kehancuran yang dialami adalah konsekuensi dari ketidaktaatan, tetapi tidak pernah menjadi penolakan total dari kasih dan rencana Allah. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kerapuhan manusia, pentingnya kesetiaan kepada Tuhan, dan harapan yang mendasar pada kebenaran janji Allah yang melampaui segala kegagalan manusia. Ini adalah ayat yang mengingatkan kita bahwa bahkan di saat tergelap, janji ilahi akan senantiasa ditemukan.