Imamat 2:10

"Dan apa yang tinggal dari kurban itu, terimalah itu sebagai bagian Harun dan anak-anaknya, sebagai bagian yang paling suci dari kurban api-apian TUHAN."

Persembahan Diterima

(Ilustrasi: Simbol Persembahan yang Diterima)

Ayat Imamat 2:10 memberikan petunjuk spesifik mengenai pengelolaan sisa dari persembahan biji-bijian yang dipersembahkan kepada Tuhan. Persembahan ini merupakan salah satu bentuk ibadah dan penyembahan yang diatur dalam Hukum Taurat Musa. Dalam konteks persembahan biji-bijian (disebut juga *minchah*), sebagian dipersembahkan kepada Tuhan sebagai api-apian yang harum, sementara sisanya diperuntukkan bagi para imam yang melayani di Kemah Suci atau Bait Suci.

Pentingnya Persembahan

Persembahan biji-bijian bukanlah persembahan penghapus dosa, melainkan persembahan syukur, pengakuan atas berkat Tuhan dalam hasil bumi, dan ekspresi penyerahan diri kepada-Nya. Ayat ini menekankan bahwa apa yang tersisa dari persembahan tersebut adalah hak istimewa bagi para imam, yaitu Harun dan keturunannya. Ini bukan sekadar pembagian hasil, tetapi juga merupakan bentuk pengudusan dan pengakuan atas peran mereka sebagai wakil umat di hadapan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang mengabdikan hidup mereka untuk melayani Tuhan dan umat-Nya, sehingga mereka berhak menerima bagian dari apa yang dipersembahkan untuk kesucian.

Bagian yang Paling Suci

Frasa "bagian yang paling suci" menunjukkan nilai spiritual yang tinggi dari sisa persembahan ini. Ini bukan sekadar makanan, melainkan sesuatu yang dikuduskan oleh kehadirannya di mezbah Tuhan. Para imam diwajibkan untuk memakannya dalam lingkungan yang suci, yang berarti mereka harus berada dalam keadaan tahir secara ritual. Hal ini mengajarkan tentang kekudusan ibadah dan pentingnya pemisahan diri dari hal-hal duniawi saat berurusan dengan hal-hal ilahi. Dengan memakan bagian yang paling suci, para imam secara simbolis juga berbagi dalam pekerjaan kudus yang telah mereka lakukan.

Relevansi bagi Umat Tuhan Masa Kini

Meskipun konteks hukum ritual Perjanjian Lama mungkin terasa jauh, prinsip-prinsip di baliknya tetap relevan. Imamat 2:10 mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan dalam memberikan persembahan kepada Tuhan, baik dalam bentuk materi, waktu, maupun talenta. Ini juga mengingatkan kita bahwa mereka yang melayani Tuhan sepenuh hati patut mendapatkan dukungan dan penghargaan dari jemaat. Konsep "bagian yang paling suci" bisa diartikan sebagai penghargaan yang tulus dan rasa hormat kepada para pelayan Tuhan, serta pengakuan bahwa pelayanan mereka adalah tugas yang kudus.

Lebih dalam lagi, persembahan kepada Tuhan, dalam bentuk apapun, harus dilakukan dengan ketulusan hati dan kesadaran akan kekudusan-Nya. Sisa dari persembahan itu, yang dianggap paling suci, mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita berikan kepada Tuhan, sekecil apapun, harus dilakukan dengan penuh hormat dan kesungguhan, karena Tuhan melihat hati kita. Imamat 2:10 menjadi pengingat yang indah tentang bagaimana ibadah yang benar melibatkan pemberian yang terbaik dan pengakuan akan kedudukan para pelayan-Nya.