Ayat Imamat 19:22 dalam Perjanjian Lama memuat sebuah perintah yang sangat mendasar dan universal dalam moralitas manusia: perintah untuk mengasihi sesama. Meskipun teks aslinya dalam Imamat 19:18 berbicara tentang balas dendam dan memelihara dendam, ayat ini seringkali dirangkum dan dipahami dalam konteks perintah yang lebih luas untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Perintah ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam Perjanjian Baru sebagai hukum yang kedua terpenting setelah mengasihi Tuhan.
Inti dari perintah ini adalah prinsip perlakuan timbal balik. "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" berarti kita harus memperlakukan orang lain dengan cara yang sama seperti kita ingin diperlakukan. Ini melibatkan empati, rasa hormat, kebaikan, dan pengertian. Jika kita tidak ingin disakiti, difitnah, atau diperlakukan dengan buruk, maka kita juga tidak boleh melakukan hal tersebut kepada orang lain. Sebaliknya, jika kita mengharapkan kebaikan, dukungan, dan pengertian dari orang lain, kita haruslah menjadi yang pertama memberikan hal-hal tersebut kepada mereka.
Penerapan perintah ini melampaui batas-batas keluarga, suku, atau bangsa. "Sesama" dalam konteks ini mencakup semua manusia, tanpa memandang latar belakang, status sosial, atau perbedaan lainnya. Imamat 19:34 bahkan secara spesifik menyebutkan agar orang Israel mengasihi orang asing yang tinggal di antara mereka, menunjukkan keluasan jangkauan perintah ini. Ini adalah panggilan untuk menciptakan masyarakat yang adil, penuh kasih, dan saling menghargai.
Dalam kehidupan sehari-hari, perintah ini bisa diwujudkan dalam berbagai tindakan nyata. Mulai dari percakapan yang membangun, kesediaan untuk membantu yang membutuhkan, hingga sikap yang tidak menghakimi terhadap orang lain. Mengasihi diri sendiri dalam konteks ini bukanlah egoisme, melainkan kesadaran akan nilai dan martabat diri sendiri, yang kemudian menjadi dasar untuk menghargai martabat orang lain. Kita merawat tubuh kita, menjaga kesehatan mental kita, dan berjuang untuk kesejahteraan kita sendiri. Kualitas perhatian dan kepedulian yang sama inilah yang harus kita curahkan kepada sesama kita.
Menerima dan mempraktikkan prinsip kasih sesama seperti diri sendiri dapat membawa perubahan besar, baik pada tingkat individu maupun kolektif. Ini adalah fondasi untuk membangun hubungan yang sehat, komunitas yang kuat, dan dunia yang lebih damai dan penuh kebaikan. Ketika setiap orang berusaha untuk melihat sesamanya dengan mata kasih, prasangka akan terkikis, konflik akan mereda, dan harmoni akan tumbuh subur. Imamat 19:22, dalam semangatnya yang terdalam, tetap menjadi panduan moral yang relevan dan mendalam bagi umat manusia di segala zaman.