Ayat 2 Tawarikh 35:7 adalah sebuah kutipan yang kuat dari Alkitab, yang menggambarkan kemurahan hati dan kedermawanan luar biasa dari Raja Hizkia dan para pemimpin Yehuda. Peristiwa ini terjadi pada masa pemulihan ibadah kepada Tuhan setelah masa-masa kemerosotan rohani di bawah pemerintahan raja-raja sebelumnya. Raja Hizkia adalah seorang raja yang taat dan bersemangat dalam mengembalikan umat Israel kepada jalan Tuhan. Ia tidak hanya melakukan pembaruan rohani, tetapi juga memastikan bahwa ibadah kepada Tuhan dapat dilaksanakan dengan semestinya, termasuk menyediakan persembahan yang cukup untuk seluruh umat yang hadir.
Dalam konteks perayaan Paskah yang dirayakan Hizkia (sebagaimana diceritakan dalam pasal 35), persembahan hewan merupakan bagian integral dari upacara tersebut. Ayat ini secara spesifik mencatat jumlah hewan yang diberikan: tiga ribu ekor lembu dan tujuh ribu ekor domba dari harta pribadi Raja Hizkia. Ini adalah jumlah yang sangat besar, menunjukkan kekayaan dan sumber daya yang Tuhan telah berikan kepadanya. Namun, kemurahan hati Hizkia tidak berhenti di situ. Para pemimpin bangsa turut serta dengan memberikan tiga puluh ribu ekor lembu dan seratus ribu ekor domba. Skala persembahan ini sungguh mencengangkan dan menunjukkan kesatuan hati antara raja dan para pemimpin dalam menghormati dan menyembah Tuhan.
Lebih lanjut, ayat ini juga menyebutkan kontribusi dari para imam, yang menyerahkan seribu ekor lembu. Meskipun jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan dengan raja dan para pemimpin, partisipasi mereka tetap penting. Ini menunjukkan bahwa seluruh lapisan masyarakat, dari yang berkuasa hingga yang melayani di Bait Allah, dilibatkan dalam gerakan pemulihan ibadah ini. Persembahan yang begitu melimpah ini memungkinkan penyediaan makanan dan kurban bagi ribuan umat yang berkumpul, memastikan bahwa tidak ada yang kekurangan dan ibadah dapat dirayakan dengan sukacita dan kelimpahan.
Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari 2 Tawarikh 35:7 adalah tentang pentingnya kemurahan hati dan memberi dari hati yang tulus untuk pekerjaan Tuhan. Raja Hizkia dan para pemimpin tidak hanya memenuhi kewajiban, tetapi mereka memberi secara berlimpah, bahkan melampaui yang diminta. Ini adalah teladan bagi kita untuk menggunakan berkat yang Tuhan berikan kepada kita, baik itu berupa materi, waktu, atau talenta, untuk mendukung pelayanan dan pekerjaan-Nya di dunia. Kedermawanan yang tulus, seperti yang ditunjukkan dalam ayat ini, bukan hanya menguntungkan penerima, tetapi juga membawa berkat dan sukacita bagi si pemberi, serta memuliakan nama Tuhan. Peristiwa ini menjadi saksi bisu tentang bagaimana ketaatan dan semangat pembaruan dapat menginspirasi tindakan kasih dan pengorbanan yang luar biasa.