2 Tawarikh 13:16 - Kekalahan Besar Pasukan Yerobeam

"Dan orang Israel, pada hari itu, dikalahkan di hadapan Yehuda, dan mereka lari kembali ke rumah mereka."

Hilang

Simbol kekalahan dan kehambaran.

Ayat 2 Tawarikh 13:16 ini secara ringkas menggambarkan sebuah peristiwa bersejarah penting dalam catatan Alkitab mengenai perpecahan Kerajaan Israel. Peristiwa ini terjadi pasca perpecahan besar yang membagi kerajaan menjadi dua: Kerajaan Yehuda di selatan, yang dipimpin oleh Rehabeam, putra Salomo, dan Kerajaan Israel di utara, yang dipimpin oleh Yerobeam. Hubungan antara kedua kerajaan ini sering kali tegang dan penuh konflik, dengan motif agama dan politik yang saling terkait.

Dalam konteks pasal 13 dari Kitab 2 Tawarikh, kita melihat pertempuran sengit antara pasukan Raja Abiam dari Yehuda melawan Raja Yerobeam dari Israel. Yerobeam, yang berusaha mengonsolidasikan kekuasaannya dan memisahkan diri dari tradisi keagamaan di Yerusalem, telah mendirikan pusat-pusat penyembahan berhala di wilayah utara. Hal ini secara tegas melanggar hukum Taurat Tuhan dan menyebabkan perpecahan spiritual yang mendalam.

Pasukan Israel di bawah Yerobeam berjumlah jauh lebih besar daripada pasukan Yehuda. Dalam pertempuran yang terjadi, Yerobeam menyiapkan jebakan dengan membagi pasukannya menjadi dua kelompok: satu menyerang langsung, sementara yang lain bersembunyi di belakang. Namun, justru di sinilah campur tangan ilahi menjadi jelas. Sebelum pertempuran dimulai, Nabi Abia dari Yehuda berdiri di Gunung Zemaraim dan berpidato, mengingatkan pasukan Israel tentang kesalahan mereka dalam memberontak terhadap keturunan Daud dan tentang perintah Tuhan yang melarang penyembahan berhala.

Saat pertempuran berkobar, pasukan Yehuda berseru kepada Tuhan, dan para imam meniup terompet. Seruan iman ini tampaknya menjadi titik balik. Tuhan sendiri campur tangan, menyebabkan kekalahan telak atas pasukan Israel. Seratus dua puluh ribu prajurit Israel yang gagah perkasa tewas dalam pertempuran itu. Ini adalah angka yang luar biasa besar, menunjukkan skala kehancuran yang dialami oleh pasukan Yerobeam.

Ayat 2 Tawarikh 13:16 kemudian merangkum hasil akhir dari kekalahan tersebut: "Dan orang Israel, pada hari itu, dikalahkan di hadapan Yehuda, dan mereka lari kembali ke rumah mereka." Kalimat ini bukan sekadar laporan peristiwa, melainkan penekanan pada konsekuensi dari ketidaktaatan dan kesombongan. Pasukan yang begitu besar, yang dipimpin oleh raja yang telah menyimpang dari jalan Tuhan, justru berbalik melarikan diri, meninggalkan medan pertempuran dalam kehancuran. Ini menunjukkan bahwa kekuatan militer semata tidak menjamin kemenangan; ketaatan kepada Tuhan adalah kunci yang sesungguhnya.

Kekalahan ini juga menandai periode ketidakstabilan yang berlanjut bagi Kerajaan Israel Utara. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya integritas spiritual dan kepemimpinan yang saleh. Ia juga menegaskan kembali otoritas keturunan Daud atas seluruh Israel, meskipun pada praktiknya kerajaan itu telah terpecah. Kisah ini menjadi pengingat abadi bahwa keberhasilan dan kegagalan sering kali sangat bergantung pada hubungan seseorang dengan Tuhan.