"Raja itu membuat perak dan emas sama banyaknya di Yerusalem seperti batu-batu, dan kayu aras sama banyaknya seperti pohon aras di dataran rendah."
Simbol kekayaan dan kemakmuran.
Ayat ini, yang terambil dari Kitab 2 Tawarikh pasal 1 ayat 15, menggambarkan sebuah pemandangan yang luar biasa dari kemakmuran dan kekayaan yang melimpah di Yerusalem pada masa pemerintahan Raja Salomo. Gambaran ini bukan sekadar retorika belaka, melainkan sebuah penekanan kuat terhadap betapa kayanya kerajaan Israel pada masa itu, terutama setelah pembangunan Bait Suci yang megah. Perak dan emas dijadikan setara dengan batu-batu biasa, dan kayu aras yang berharga begitu melimpah seolah-olah tumbuh subur di dataran rendah. Ini adalah metafora yang kuat untuk menunjukkan besarnya sumber daya yang dimiliki dan bagaimana kekayaan tersebut digunakan untuk kemuliaan Tuhan dan pembangunan kerajaan.
Kemakmuran ini adalah hasil dari berbagai faktor. Pertama, hikmat yang luar biasa yang dianugerahkan Tuhan kepada Salomo. Hikmat ini memungkinkannya untuk memimpin bangsa dengan bijak, mengelola sumber daya secara efektif, dan menjalin hubungan dagang yang menguntungkan dengan bangsa-bangsa lain. Kedua, berkat Tuhan yang nyata atas umat-Nya. Keberhasilan Salomo dalam membangun dan mengelola kerajaan adalah cerminan dari janji Tuhan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, bahwa keturunan mereka akan diberkati dan menjadi bangsa yang besar.
Perak dan emas, sebagai simbol kekayaan materi, sangat berlimpah. Hal ini memungkinkan pembangunan Bait Suci menjadi sebuah monumen keagungan yang tak tertandingi. Penggunaan emas murni untuk melapisi interior, perabotan, dan berbagai ornamen lainnya menunjukkan betapa seriusnya umat Israel memuliakan Tuhan. Kayu aras, yang terkenal akan kekuatannya, keindahannya, dan aromanya, diimpor dalam jumlah besar dari Lebanon. Keberlimpahannya menunjukkan kemampuan logistik dan finansial kerajaan untuk mendatangkan bahan bangunan terbaik dari jarak jauh. Seolah-olah, hal-hal yang langka dan mahal di tempat lain, di Yerusalem menjadi umum.
Gambaran ini juga mengajarkan kita tentang prioritas. Meskipun Salomo memiliki kekayaan yang luar biasa, prioritas utamanya adalah untuk Tuhan. Pembangunan Bait Suci yang megah adalah bukti nyata dari komitmennya. Kekayaan yang ia miliki tidak disalahgunakan untuk kesenangan pribadi semata, melainkan diarahkan untuk tujuan yang lebih tinggi. Ini adalah pelajaran penting bagi kita di era modern. Kekayaan dan sumber daya yang Tuhan percayakan kepada kita hendaknya digunakan untuk memuliakan-Nya, membantu sesama, dan membangun kerajaan-Nya.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa kemakmuran materi ini tidak datang tanpa tanggung jawab. Kesetiaan kepada Tuhan dan ketaatan pada hukum-Nya adalah syarat utama untuk mempertahankan berkat tersebut. Sejarah kemudian menunjukkan bahwa kemunduran Israel seringkali diawali dengan ketidaktaatan dan penyembahan berhala. Oleh karena itu, ayat ini tidak hanya tentang gambaran kekayaan, tetapi juga tentang bagaimana kekayaan itu harus dikelola dengan bijak, disertai rasa syukur, dan diarahkan pada hal-hal yang kekal. Yerusalem pada masa Salomo menjadi mercusuar kemakmuran dan ketaatan, sebuah gambaran ideal dari bangsa yang diberkati oleh Tuhan.