Ayat 1 Tawarikh 21:24 menyoroti sebuah momen krusial dalam kehidupan Raja Daud dan pembentukan hubungan antara umat dan Tuhan. Setelah serangkaian peristiwa tragis yang disebabkan oleh keangkuhannya, yaitu sensus yang diperintahkan Daud, Tuhan mengirimkan tulah ke Israel. Malaikat Tuhan diperintahkan untuk menghancurkan Yerusalem, namun ia berhenti ketika melihat malaikat itu berdiri di dekat tempat pengirikan Ornan, orang Yebus.
Malaikat Tuhan ini memberi tahu Nabi Gad untuk memerintahkan Daud mendirikan mezbah bagi Tuhan di tempat pengirikan Ornan agar tulah itu dihentikan. Di sinilah letak inti dari ayat yang kita bahas. Daud sampai di tempat itu dan menemukan Ornan yang sedang mengirik gandum. Tuhan berfirman kepada Daud melalui Gad untuk segera mendirikan mezbah.
Ornan, dalam sikap kerendahan hati dan kedermawanan yang luar biasa, bersedia memberikan segalanya yang dibutuhkan untuk ibadah: tempat pengirikan, lembu jantan untuk korban bakaran, tumang untuk kayu api, dan gandum untuk korban sajian. Ia bahkan berkata, "Aku akan memberikannya." Namun, Daud memiliki prinsip yang teguh. Ia tidak ingin menggunakan pemberian yang "tidak berharga" untuk Tuhan. Baginya, ibadah kepada Tuhan adalah momen yang sangat sakral dan harus dilakukan dengan pengorbanan yang tulus dan setara dengan kemuliaan-Nya.
Keputusan Daud untuk membayar harga penuh, yaitu enam ratus syikal emas, untuk tanah dan persiapannya menunjukkan komitmennya yang mendalam. Ini bukan sekadar transaksi bisnis, melainkan sebuah tindakan iman yang disengaja untuk menghormati Tuhan. Emas dalam jumlah besar ini bukan hanya nilai materi, tetapi juga simbol dari pengorbanan tertinggi yang harus dipersembahkan kepada Sang Pencipta. Pengorbanan Daud ini bukan hanya untuk menghentikan tulah, tetapi juga untuk membangun dasar ibadah yang permanen di tanah yang dipilih Tuhan, yang kelak akan menjadi lokasi Bait Suci.
Pelajaran dari 1 Tawarikh 21:24 sangat relevan bagi kita. Pemberian kepada Tuhan sering kali diukur dari nilai materinya, namun esensi sebenarnya terletak pada ketulusan hati dan kesediaan untuk memberikan yang terbaik. Daud memahami bahwa persembahan yang sesungguhnya adalah yang datang dari hati yang rela dan mengorbankan sesuatu yang berharga baginya. Ini mengajarkan kita untuk tidak memberikan sisa waktu, tenaga, atau materi kita kepada Tuhan, tetapi justru yang terbaik dari apa yang kita miliki.
Lebih dari sekadar nilai finansial, pengorbanan Daud juga mencerminkan pemahaman tentang penebusan. Tindakannya membayar mahal untuk tempat itu menandai sebuah harga yang harus dibayar untuk pemulihan dan perdamaian dengan Tuhan. Ini adalah gambaran awal dari pengorbanan yang lebih besar yang akan datang, yaitu pengorbanan Yesus Kristus yang menebus seluruh umat manusia. Dengan membeli tempat itu, Daud meletakkan fondasi untuk pusat ibadah yang kelak akan menjadi saksi bisu dari kasih karunia Tuhan.