1 Tawarikh 15 13: Ujian Iman dan Pentingnya Ketaatan

"Karena kamu tidak ikut membawanya pada kali yang pertama, maka TUHAN, Allah kita, telah menghukum kita, oleh karena kita tidak mencari Dia sesuai dengan aturan-Nya."

Ketaatan Membawa Berkat

Kutipan dari kitab 1 Tawarikh pasal 15 ayat 13 ini merupakan momen krusial dalam narasi pemindahan Tabut Perjanjian ke Yerusalem di bawah pemerintahan Raja Daud. Ayat ini tidak hanya sekadar pengingat sejarah, tetapi juga menyimpan makna teologis yang mendalam mengenai pentingnya ketaatan terhadap firman Tuhan, khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan ibadah dan kehadiran-Nya. Peristiwa yang mendahului ayat ini adalah usaha pertama Daud untuk memindahkan Tabut yang berujung pada tragedi. Uza, seorang Lewi, tewas ketika mencoba menopang Tabut yang tergelincir dari keretanya, sebuah tindakan yang tampaknya benar dari sudut pandang manusiawi namun justru melanggar ketetapan ilahi.

Kesalahan mendasar dalam pemindahan pertama adalah ketidaksesuaian cara dengan instruksi Tuhan. Umat Israel pada masa itu diperintahkan untuk membawa Tabut menggunakan gandar kayu yang dipanggul oleh orang Lewi, bukan diletakkan di atas kereta, seperti yang dilakukan oleh bangsa Filistin dan kemudian Daud meniru. Ayat 1 Tawarikh 15:13 secara eksplisit menyatakan bahwa "Karena kamu tidak ikut membawanya pada kali yang pertama, maka TUHAN, Allah kita, telah menghukum kita, oleh karena kita tidak mencari Dia sesuai dengan aturan-Nya." Pernyataan ini sungguh menggugah hati. Hukuman yang menimpa bukanlah karena niat yang buruk, melainkan karena pengabaian terhadap petunjuk Tuhan. Daud, yang dikenal sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan, pun harus belajar pelajaran pahit tentang pentingnya presisi dalam ketaatan.

Ayat ini mengajarkan kita bahwa dalam relasi kita dengan Tuhan, bukan hanya niat yang tulus yang dihargai, tetapi juga tindakan yang selaras dengan kehendak-Nya. Kadang-kadang, dalam kesungguhan hati, kita bisa saja bertindak berdasarkan logika atau kebiasaan yang umum, tanpa terlebih dahulu menelusuri dan memahami bagaimana Tuhan ingin kita bertindak. Uza mungkin memiliki niat baik untuk menyelamatkan Tabut dari jatuh, namun ia lupa bahwa Tabut itu adalah simbol kekudusan Tuhan, dan hanya orang-orang yang ditunjuk dan dengan cara yang ditetapkan Tuhan yang boleh menyentuhnya.

Daud belajar dari kesalahannya. Ia berhenti sejenak, merenungkan apa yang salah, dan kemudian ia tekun mempelajari Taurat untuk memahami cara yang benar. Ia mengutus para imam dan orang Lewi untuk mempelajari dan melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah Musa. Proses ini menandakan sebuah pertobatan dan penyesuaian diri yang mendalam. Hasilnya, ketika Tabut Perjanjian dibawa kembali ke Yerusalem dengan cara yang benar, seluruh umat Israel bersukacita dan merayakannya dengan penuh kekhusyukan dan berkat. Ayat 1 Tawarikh 15:13 menjadi pengingat abadi bahwa ketaatan yang sungguh-sungguh dan sesuai aturan Tuhan adalah kunci untuk mengalami hadirat-Nya secara penuh dan menerima berkat-Nya. Ini adalah pelajaran yang relevan bagi setiap orang yang ingin mendekat kepada Tuhan.

Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak lagi berurusan dengan pemindahan Tabut secara fisik. Namun, prinsip ketaatan yang diajarkan oleh ayat ini tetaplah relevan. Apakah kita mencari Tuhan sesuai dengan aturan-Nya dalam doa kita? Apakah kita menjalankan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari kita dengan setia? Apakah kita menghormati kekudusan-Nya dalam setiap aspek ibadah kita? Ayat ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali cara kita berhubungan dengan Tuhan. Kesalahan yang terjadi pada pemindahan pertama Tabut mengajarkan bahwa ketidaktaatan, sekecil apapun, dapat membawa konsekuensi serius, sementara ketaatan yang murni dan tulus membuka pintu bagi hadirat dan berkat Tuhan yang melimpah. Mari kita jadikan firman ini sebagai panduan untuk senantiasa mencari Tuhan sesuai dengan aturan-Nya.