"Biarlah kiranya janji-Mu kepada hamba-Mu, Daud, bapa leluhurku, tetap berlaku."
Simbol Janji Ilahi yang Kokoh
Dalam lembaran kitab suci, terdapat ayat-ayat yang memancarkan cahaya kebijaksanaan dan kekuatan iman. Salah satunya adalah 1 Raja-raja 8:26, yang berbunyi, "Biarlah kiranya janji-Mu kepada hamba-Mu, Daud, bapa leluhurku, tetap berlaku." Ayat ini, meski ringkas, membawa beban teologis dan historis yang mendalam, terutama dalam konteks doa penahbisan Bait Suci oleh Raja Salomo. Ini bukan sekadar ungkapan harapan, melainkan sebuah fondasi pengakuan atas kesetiaan Allah yang tak pernah berubah.
Ayat ini merupakan bagian dari doa pengantar Raja Salomo saat perayaan besar penahbisan Bait Suci di Yerusalem. Setelah segala persiapan pembangunan fisik selesai, Salomo mengangkat tangannya ke langit, memohon agar Allah berkenan mendiami tempat yang telah dibangun itu. Di tengah doa yang penuh kerendahan hati dan kekaguman, Salomo mengingatkan Allah akan sebuah janji khusus yang pernah diberikan kepada ayahnya, Raja Daud. Janji ini menjadi jangkar bagi harapan Salomo dan seluruh umat Israel.
Janji yang dimaksud dalam 1 Raja-raja 8:26 merujuk pada janji Allah kepada Daud yang tercatat dalam kitab Samuel (2 Samuel 7:11-16). Allah berjanji bahwa keturunan Daud akan senantiasa memerintah atas Israel, dan kerajaan-Nya akan diteguhkan untuk selama-lamanya. Janji ini sangat krusial karena menandai berdirinya garis keturunan kerajaan yang akan menjadi bagian integral dari sejarah keselamatan Israel. Daud, sebagai raja yang berhati sesuai dengan hati Allah, menjadi simbol penting dalam silsilah Mesias yang dinantikan.
Ketika Salomo mengucapkan ayat ini, ia sedang menekankan bahwa pembangunan Bait Suci ini adalah manifestasi dari janji ilahi tersebut. Keberadaan Bait Suci menjadi tanda fisik dari kehadiran Allah di tengah umat-Nya, dan kelangsungan dinasti Daud adalah bukti konkret bahwa Allah setia pada firman-Nya. Salomo tidak meminta sesuatu yang baru, melainkan memohon agar Allah tetap menepati apa yang telah dijanjikan-Nya kepada leluhurnya. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya mengingatkan diri sendiri dan bahkan memohon kepada Tuhan berdasarkan janji-janji-Nya yang terukir dalam Kitab Suci.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita di era modern. Di tengah ketidakpastian dan tantangan hidup, kita dapat bersandar pada 1 Raja-raja 8:26 sebagai pengingat akan kesetiaan Allah. Allah tidak hanya setia pada masa lalu, tetapi kesetiaan-Nya terus berlaku hingga kini. Sama seperti Salomo yang menggemakan janji Allah kepada Daud, kita pun dapat membawa janji-janji Tuhan dalam doa-doa kita, meyakini bahwa Dia adalah Allah yang konsisten dan tak berubah.
Ayat ini juga mengajarkan tentang bagaimana iman yang benar selalu berakar pada Firman dan janji Allah. Salomo tidak membangun Bait Suci berdasarkan idenya sendiri, melainkan atas perintah dan rencana Allah, serta terus menerus merujuk pada kesepakatan ilahi sebelumnya. Demikian pula, dalam kehidupan iman kita, fondasi yang kokoh adalah pengenalan dan kepercayaan pada janji-janji Allah yang dinyatakan dalam Alkitab. Ketika kita menghadapi masalah, kegagalan, atau keraguan, kita bisa kembali kepada janji-janji-Nya, seperti "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:20) atau "Segala sesuatu mungkin bagi dia yang percaya" (Markus 9:23).
Dengan demikian, 1 Raja-raja 8:26 bukan hanya catatan sejarah, tetapi panggilan untuk hidup dalam keyakinan yang teguh pada Allah yang setia pada janji-janji-Nya. Ia mengingatkan kita bahwa fondasi spiritual kita dibangun di atas kebenaran-Nya yang abadi, yang terus bergaung dari generasi ke generasi.